Powered By Blogger

Sabtu, 04 September 2010

penelitian predator

I. PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan mega-biodiversitas hayati tertinggi kedua di dunia. Diantara kekayaan flora nusantara terdapat 900 jenis tanaman atsiri yang belum digali dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dari 30000 spesies tanaman berbunga yang sudah ditemukan diIndonesia, di antaranya terdapat 900 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Potensi yang besar tersebut belum termanfaatkan, karena dari literatur yang ada bahwa dari sekitar 200 jenis tanaman atsiri yang telah dikenal masyarakat dunia maka baru 40 jenis diantaranya yang sudah di kenal dan dihasilkan di Indonesia, 15 jenis diantaranya telah diperdagangkan, dan hanya 4 jenis yang telah dibudidayakan masyarakat yaitu nilam, seraiwangi, akarwangi dan cengkeh. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa minyak atsiri tersebut dihasilkan di 91 buah sentra produksi atsiri yang tersebar di seluruh Indonesia (Deperin, 2007).
Berkembangnya pertanian organik dengan nilai permintaan pasar dunia US$ 17.5 miliar dengan laju peningkatan permintaan 10-20 % per tahun juga secara langsung telah meningkatkan kebutuhan terhadap pestisida nabati sebagai komponen utama dalam pengendalian OPT pada sistem budidaya pertanian organik tersebut. Di Indonesia, Pemerintah sejak tahun 2002 telah mencanangkan gerakan Go Organik 2010, dengan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen utama pangan organik di dunia. Guna mewujudkan hal tersebut maka para operator pertanian organik di lapang membutuhkan dukungan berupa rekomendasi teknologi dan produk organik dan pestisida nabati yang bahan bakunya murah dan mudah diperoleh. SNI 01-6729-2002 yang mengatur tentang Sistem Pangan Organik (KAN, 2002) telah melarang penggunakan pestisida kimia sintetik, namun menganjurkan penggunaan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara mekanis. Beberapa keuntungan penggunaan agens pengendali hayati adalah : agens pengendali hayati tidak beracun, tidak sebagai kontaminan, biaya rendah, pada beberapa penyakit merupakan satu – satunya cara, untuk menyiapkan agens pengendali hayati tidak memerlukan waktu yang lama (Soesanto, 2008)
Adanya kehawatiran dunia dengan penggunaan pestisida kimia, dan didukung permintaan produk pertanian yang sehat dan aman bagi konsumen, pengendalian hayati menjadi pilihan pengendalian OPT yang harus dipertimbangkan. Di lingkungan sekitar pemukiman, beberapa tanaman atsiri bisa ditanam dan ditempatkan sedemikian rupa di pekarangan atau di dalam ruangan. Beberapa tanaman dimaksud antara lain: Meulaleuca, Selasih, Mimba, Seraiwang, Nilam dan Zodia. Masih dibutuhkan berbagai penelitian agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, keamanan dan estetika.
`           Program pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity) termasuk keberadaan musuh alami hama harus dicermati karena menyangkut kepentingan lokal, nasional, dan internasional. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem.  Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja secara tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan.  Ketersediaan lingkungan yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasarat akan keberhasilan pengendalian hayati.  Perbaikan teknologi introduksi, mass rearing dan pelepasan di lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami.
Parsitoid dan predator berada di alam yang hidup berdampingan brersama dengan hama dan tanaman (sebagai mangsa atau inang). Parasitoid dan predator merupakan agen hayati penting dalam pengendalian hama tanaman pertanian. Predator sebagai musuh alami hidup diantara hama dan menekan populasi hama tanpa memusnahkanya (keseluruhan), sehingga keseimbangan alam akan terjaga. Secara terbatas, predator berarti organisme yang hidup bebas selama hidupnya; membunuh mangsanya; biasanya berukuran lebih besar daripada organisme yang di mangsanya, dan memerlukan lebih dari satu mangsa untuk menyelesaikan perkembanganya.
 Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, pengendalian hayati akhir – akhir ini mendapatkan perhatian dunia (Soesanto, 2008).



B.                Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.   Mengkaji konsentrasi minyak cengkeh, serai wangi, temulawak dan nilam yang aman untuk pengendalian.
2.   Mengetahui pengaruh aplikasi pestisida nabati berbahan aktif minyak cengkeh, serai wangi, temulawak, dan nilam terhadap serangga predator.

C.                Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengaruh empat jenis minyak atsiri (cengkeh, seraiwangi, temulawak, dan nilam) terhadap serangga predator sebagai musuh alami hama, mengetahui konsentrasi dan jenis minyak atsiri yang aman terhadap serangga predator. Selain itu, mengetahui serangga predator yang tahan aplikasi pestisida nabati berbahan aktif cengkeh, seraiwangi, temulawak, dan nilam.





II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Pemikiran
Dalam proses intensifikasi sekarang ini berbagai kendala sosial-ekonomi dan teknis bermunculan. Masalah organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mengakibatkan penurunan dan ketidakmantapan produksi belum dapat diatasi dengan memuaskan. Kehilangan hasil akibat OPT diperkirakan 40 – 55 %, bahkan dapat terancam gagal panen. Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah bagaimana cara mengatasi masalah OPT tersebut dengan pestisida sintetis. Di satu pihak dengan pestisida sintetis, maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan (Setyono, 2009).
Beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia pada lahan pertanian yang telah diketahui, diantaranya: hama menjadi resisten (kebal), peledakan hama akibat tidak efektifnya pemakaian pestisida, penumpukan residu yang dapat membahayakan petani/pengguna dan konsumen, ikut terbunuhnya musuh alami, terjadinya polusi lingkungan, perubahan status hama dari hama minor menjadi hama utama (Samsudin, 2008).
Menurut Samsudin (2008), pencegahan harus dilakukan melalui penggunaan pestisida alami yang tidak meninggalkan residu berbahaya dan ramah lingkungan, penggunaan musuh alami hama (predator, parasitoid, dan pathogen), bio-pestisida, rotasi tanaman dan menanam tanaman kawan (companion plant).
Minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum), seraiwangi (Andropogon nardus), kayumanis (Cassia sp, Cinnamomum sp.), lengkuas (Alpinia galanga), mimba (Azadirachta indica), sirih (Piper sp), lada (Piper nigrum), melaleuca/kayu putih (Melaleuca sp), selasih (Occimum basilicum), jeringau (Acorus calamus) dan nilam (Pogostemon cablin) dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT baik dari golongan serangga hama maupun mikroba patogen tanaman seperti bakteri, jamur dan nematoda (Rizal, 2008).
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun , tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah . Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut . Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendekserta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan , kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh keringakan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia , Cengkeh cocok ditanam baik di daerah daratan rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom.
Minyak nilam dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Menurut Grainge dan Ahmed (1987) dalam Anonim (2009), bagian akar, batang dan daun tanaman nilam dapat membunuh ulat Crocidolomia binotalis dan Spodoptera litura yang merupakan hama penting pada tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam dapat membasmi semut (Formicida) dan kecoa (Blattidae) didalam rumah. Selain itu, minyak nilam bersifat menolak beberapa jenis serangga seperti ngengat kain (Thysanura lepismatidae), Sitophilus zeamais (kumbang jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering), minyak nilam juga bersifat menolak Aphid (kutu daun), nyamuk dan Pseudaletia unipuncta.
Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, turmerol, dan sineal. Kandungan kurkumin dalam rimpang temulawak berkisar antara 1,6  - 2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Kandungan kurkumin dan zat-zat minyak atsiri tersebut diduga merupakan penyebab berkhasiatnya temulawak (Rukmana, 1995).
Serai wangi dapat digunakan sebagai pestisida yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif berbentuk minyak atsiri yang terdiri atas senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan dipentena. Daun dan tangkainya menghasilkan minyak atsiri yang digunakan untuk mengusir nyamuk dan serangga (Plantus, 2008).
Pengendalian menggunakan agens hayati dan musuh alami memiliki keunggulan dibandingkan pengendalian secara kimia sintetis dalam mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yaitu: (1) aman bagi manusia, musuh alami, dan lingkungan; (2) dapat mencegah timbulnya ledakan OPT sekunder; (3) produk tanaman yang dihasilkan bebas dari residu; (4) terdapat di sekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis; dan (5) menghemat biaya produksi karena aplikasi cukup dilakukan satu atau dua kali dalam satu musim panen (Machmud et al., 2003).
Predator sebagai musuh alami hidup diantara hama dan menekan populasi hama tanpa memusnahkanya (keseluruhan), sehingga keseimbangan alam akan terjaga. Secara terbatas, predator berarti organisme yang hidup bebas selama hidupnya; membunuh mangsanya; biasanya berukuran lebih besar daripada organisme yang di mangsanya, dan memerlukan lebih dari satu mangsa untuk menyelesaikan perkembanganya. Musuh alami hama tanaman berupa serangga predator yang penting antara lain;  Sycanus spp, Verania spp, dan Menochillus sp.
Taksonomi Sycanus spp:
Kingdom  : Animalia
Phyllum    : Arthopoda
Kelas        : Insekta (Heksapoda)
Ordo         : Hemipthera
Famili       : Reduviidae
Genus       : Sycanus
Spesies     : Sycanus sp.
Sycanus spp merupakan serangga predator yang mempunyai kemampuan memangsa larva hama dari ordo lepidoptera. Serangga predator ini sering di temukan pada pertanaman kacang panjang, kedelai, dan kacang-kacangan, bahkan pada tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, sehingga dapat dijadikan agen pengendali hayati.  (Norman et al.. 1998).
Verania spp merupakan serangga yang banyak dijumpai pada tanaman pangan. Serangga ini bersifat polyphagus dan banyak terdapat di sekitar bunga padi dan jagung, namun banyak memakan serangga. Mangsa utama Verania spp adlah wereng batang dan wereng daun. Dilaporkan bahwa, siklus hidup Verania spp dari telur sampai dewasa ialah 29 hari. Lama hidup serangga ini berkisar antara 101,4-106,2 hari. Prosentase penetasan telur sampai 91,99%, sedangkan prosentase menjadi serangga dewasa 48,75%. Kemampuan memangsa Verania lineata 2,83 WBC/hari (lubis, 2005).
Menochilus sp. merupakan serangga predator bdari ordo coleoptera. Seranga ini biasa di sebut kumbang predator warna kuning  mempunyai becak hitam. Menangkap mangsa bergerak lambat.  Larva lebih rakus dari yang dewasa.   Serangga ini mampu menghasilkan 150-200 turunan dalam 6-10 minggu. Dilaporkan bahwa daur hidup predator M. sexmaculatus berkisar antara 56  hingga 78 hari dengan rincian telur 4-5 hari, larva 20-25 hari, pupa 4-6 hari dan imago 28-42 hari. M. sexmaculatus mampu memangsa hama penting Bemisia tabaci dan Myzus persicae pada pertanaman cabai, sehingga secara hayati serangga predator M. Sexmaculatus sangat potensial untuk menekan penggunaan insektisida sintetis (muharam dan setiawati, 2008).

B. Hipotesis
1.                  Diduga minyak cengkeh, serai wangi, temulawak dan nilam aman untuk pengendalian OPT.
2.                  Diduga serangga predator tahan terhadap aplikasi pestisida nabati berbahan aktif minyak cengkeh, serai wangi, temulawak, dan nilam.


                                                                                                                                II.       METODE PENELITIAN

A.                Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jendral Soedirman. Pada bulan November 2009 sampai bulan Januari 2009.

B.                 Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Minyak seraiwangi, minyak cengkeh, minyak temulawak, minyak nilam, Sycanus sp., Verania sp., Menochillus spp, Aphis cracivora(pakan alternatif serangga predator), , larutan tween 20, larutan IPA (isopropil alkohol), minyak tanah dan Carbofuran.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurungan serangga, toples, tabung reaksi, erlen meyer, pipet, kuas,  kamera, dan alat tulis.

C.                Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Perlakuan yang dicoba yaitu :

Tahap 1: Uji minyak seraiwangi
Faktor 1 : Konsentrasi minyak seraiwangi
·         S1 (0,04%)
·         S2 (0,2%)
·         S3 (1%)
·         S4 (5%)
·         K1(kontrol air)
·         K2(kontrol pelarut)
·         K3(kontrol karbofuran)
Faktor 2 : Serangga bukan sasaran
·         P1 (Sycanus spp)
·         P2 (Verania spp)
·         P3 (Menochillus sp.)
Tahap 2: Uji minyak cengkeh
Faktor 1 : Konsentrasi minyak cengkeh
·         C1 (0,04%)
·         C2 (0,2%)
·         C3 (1%)
·         C4 (5%)
·         K1(kontrol air)
·         K2(kontrol pelarut)
·         K3(kontrol karbofuran)
Faktor 2 : Serangga bukan sasaran
·         P1 (Sycanus spp)
·         P2 (Verania spp)
·         P3 (Menochillus sp.)
Tahap 3 : Uji minyak temulawak
Faktor 1 : Konsentrasi minyak temulawak
·         T1 (0,04%)
·         T2 (0,2%)
·         T3 (1%)
·         T4 (5%)
·         K1(kontrol air)
·         K2(kontrol pelarut)
·         K3(kontrol karbofuran)
Faktor 2 : Serangga bukan sasaran
·         P1 (Sycanus spp)
·         P2 (Verania spp)
·         P3 (Menochillus sp.)
Tahap 4 : Uji minyak nilam
Faktor 1 : Konsentrasi minyak nilam
·         N1 (0,04%)
·         N2 (0,2%)
·         N3 (1%)
·         N4 (5%)
·         K1(kontrol air)
·         K2(kontrol pelarut)
·         K3(kontrol karbofuran)
Faktor 2 : Serangga bukan sasaran
·         P1 (Sycanus spp)
·         P2 (Verania spp)
·         P3 (Menochillus sp.)
Penelitian terdiri dari 4 tahap. Setiap tahap tediri dari 2 faktor yaitu :
1. Konsentrasi minyak, empat taraf dengan tiga kontrol
2. serangga predator terdiri dari 3 spesies
 Masing masing tahap terdiri dari 21 kombinasi perlakuan, diulang 3 kali.


D.                Variabel dan Pengukuran
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah  :
1.       Mortalitas
2.         Lama hidup
3.         kepiridian

E.                 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan  DMRT pada taraf kesalahan 5%.

F.                 Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian
No
Kegiatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Persiapan
--
--








2
Tahap 1

--
--







3
Tahap 2


--
--






4
Tahap 3



--
--





5
Tahap 4




--
--




6
Analisis data






--
--


7
Laporan








--
--







DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pemanfaatan Limbah Nilam. http://zainurie.wordpress.com /2009/02/26/pemanfaatan-limbah-nilam/ (on line) diakses tanggal 3 september 2009


Basri, M W; A H Hassan and M Zulkefli .1988. Bagworms (Lepidoptera: Psychidae) of oil palm in Malaysia. PORIM Occasional Paper No. 23:

Komisi pestisida. 2000. Syarat peredaran dan Perdagangan Pestisida Nabati. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor 9 – 10 Nopember 1999

Lubis, Y. 2005. Peranan Keanekaragaman Hayati Artropoda sebagai Musuh Alami pada Lahan Padi Sawah. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian, Medan volume 3, nomor 3, Desember 2005: 16-24

Muharam, A dan Setiawati, W. 2007. Teknik Perbanyakan Masal Predator Menochilus sexmaculatus Pengendali Serangga Bemisia tabaci Vektor Virus Kuning pada Tanaman Cabai, puslitbanghorti, Jakarta http://www.puslitbang.deptan .or.id/?/menochilus-bemesia tabaci/ (on line) di akses tanggal 23 Februari 2010

Norman, K; Basri, M W and Zulkefli, M .1998. Handbook of Common Parasitoid and Predator Associated with Bagworm and Nettle Caterpillars in oil Palm Plantations. PORIM, Bangi. 29 pp.
Plantus. 2008. Cymbopogon winterianus Jowit ex Bor. -Serai wangi. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/07/30/cymbopogon-winterianus-jowit-ex-bor-serai-wangi/ (on line) diakses tanggal 3 September 2009

Purnomowati, Sri. 2008. Temulawak, Obat Alternatif Berkualitas Tinggi.http: //sman1payakumbuh.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=42. (on line) diakses tanggal 3 September 2008

Rizal, Molide. Pemanfaatan Tanaman Atsiri Sebagai Pestisida Nabati. http://minyakatsiriindonesia .wordpress.com/pemanfaatan-tanaman-atsiri/ molide-rizal/. (on line) diakses tanggal 3 september 2009



Rukmana, R. 1995. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Kanisius, Yogyakarta


Samsudin. 2008. Pengendalian Hama Dengan Insektisida Botani. http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id= 20 (on line) diakses tanggal 3 september 2009

Samsudin. 2009. Produksi Pestisida Botani dengan Bahan Utama Tanaman Cengkeh.http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi= lihat&id=107. (on line) diakses tanggal 3 September 2009
Setyono, A. B. 2009. Kajian Pestisida Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Serta Alternatif Solusinya.http://www.naturalnusantara.co.id/indek_7_1_1.php? id=54 (on line) diakses tanggal 3 september 2009
Soesanto, Loekas. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta : Rajawali Press










1 komentar: